Rabu, 29 Mei 2013

KARAKTERISTIK WILAYAH MAKRO KABUPATEN MAJALENGKA



Letak dan Keadaan Geografi

Secara geografis wilayah kabupaten Majalengka terletak pada meridian 01o14’20” -01o36’42” BT dan 06o33’40” – 07o04’19” LS dengan luas 1.204,24 km2 atau 2,71% luas total propinsi Jawa Barat.
Secara administratif wilayah Kabupaten Majalengka berbatasan dengan wilayah :
·         Kabupaten Indramayu di sebelah utara
·         Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis di sebelah selatan
·         Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan di sebelah timur dan
·         Kabupaten Sumedang di sebelah barat
Kabupaten Majalengka memiliki ketinggian tempat antara 19 - 857 m diatas permukaan laut. Dilihat dari topografinya Kabupaten Majalengka dapat dibagi dalam tiga zona daerah, yaitu :
·         Daerah pegunungan dengan ketinggian 500-857 m di atas permukaan laut (dpl) dengan luas 482,02 Km2 atau 40,03 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka.
·         Daerah Bergelombang/berbukit dengan ketinggian 50-500 m di atas permukaan laut (dpl) dengan luas 376,53 Km2 atau 31,27 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka.
·         Daerah dataran rendah dengan ketinggian 19-50 m di atas permukaan laut (dpl) dengan luas 345,69 Km2 atau 28,70 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka.
Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten berkisar antara 0-37 Km, Kecamatan Lemahsugih merupakan daerah terjauh dari Ibukota Kabupaten. Sedangkan jarak dari Ibukota Kabupaten Majalengka ke Kabupaten-kabupaten di Seluruh Jawa Barat berkisar antara 46 – 389 Km.
Secara Administratif Kabupaten Majalengka terdiri atas 26 Kecamatan dan 334 Desa. Dari 334 desa tersebut 321 berstatus desa dan 13 berstatus kelurahan. Bila dilihat dari klasifikasi desanya terdapat 264 Desa Swadaya, 67 Desa Swakarya.
Jumlah Pemerintahan terendah di Kabupaten Majalengka berdasarkan satuan lingkungan setempat terdiri dari 1.881 Rukun Warga/Rukun Keluarga atau 5.483 Rukun Tetangga, dengan rasio RT terhadap RW sebesar 2,91%.Berdasarkan hasil Pendataan Badan Pusat Statistik pada Tahun 1995 tercatat bahwa dari 328 desa terdapat 77 desa tertinggal yang meliputi 9 desa perkotaan dan 68 desa perdesaan, dengan lokasi tersebar hampir di seluruh kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2.




Gambar 2.1 Wilayah Administratif Kabupaten Majalengka




Tabel 2.1 Letak Geografis Kabupaten Majalengka Dirinci Per Kecamatan.
No
Kecamatan
Bujur Timur
Lintang Selatan
Ketinggian
(dpl)
Sebelah Sebelah
Sebelah Sebelah


Barat Timur
Utara Selatan

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Lemahsugih
108 0 08’
108 0 16’
6 0 58’
7 0 01’
526
2
Bantarujeg
108 0 11’
108 0 24’
6 0 57’
7 0 41’
365
3
Cikijing
108 0 17’
108 0 24’
6 0 57’
7 0 03’
582
4
Cingambul
108 0 17’
108 0 24’
6 0 57’
7 0 03’
582
5
Talaga
108 0 16’
108 0 21’
6 0 58’
7 0 03’
626
6
Banjaran
108 0 16’
108 0 21’
6 0 58’
7 0 03’
626
7
Argapura
108 0 18’
108 0 25’
6 0 53’
6 0 59’
857
8
Maja
108 0 12’
108 0 19’
6 0 50’
6 0 59’
600
9
Majalengka
108 0 10’
108 0 17’
6 0 45’
6 0 56’
141
10
Cigasong
108 0 10’
108 0 17’
6 0 45’
6 0 56’
141
11
Sukahaji
108 0 15’
108 0 12’
6 0 48’
6 0 56’
125
12
Rajagaluh
108 0 19’
108 0 25’
6 0 42’
6 0 51’
169
13
Sindangwangi
108 0 19’
108 0 25’
6 0 42’
6 0 51’
169
14
Leuwimunding
108 0 17’
108 0 23’
6 0 44’
6 0 49’
61
15
Palasah
108 0 16’
108 0 17’
6 0 40’
6 0 47’
36
16
Jatiwangi
108 0 16’
108 0 19’
6 0 45’
6 0 50’
50
17
Dawuan
108 0 10’
108 0 16’
6 0 40’
6 0 51’
51
18
Panyingkiran
108 0 07’
108 0 12’
6 0 45’
6 0 52’
51
19
Kadipaten
108 0 07’
108 0 12’
6 0 45’
6 0 52’
51
20
Kertajati
108 0 03’
108 0 15’
6 0 37’
6 0 46’
30
21
Jatitujuh
108 0 10’
108 0 18’
6 0 38’
6 0 43’
19
22
Ligung
108 0 15’
108 0 21’
6 0 50’
6 0 45’
25
23
Sumberjaya
108 0 16’
108 0 23’
6 0 40’
6 0 47’
36
24
Kasokandel
108 0 17’
108 0 23’
6 0 44’
6 0 49’
61
25
Sindang
108 0 19’
108 0 25’
6 0 42’
6 0 51’
169
26
Malausma
108 0 11’
108 0 24’
6 0 57’
7 0 41’
365







Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasion Meteorologi Jatiwangi 2007







Tabel 2.2  Klasifikasi Desa Di Kabupaten Majalengka Pada Tahun 2007 Dirinci Per Kecamatan
No
Kecamatan
Desa Swadaya
Desa Swakarya
Desa Swasembada
Jumlah Desa
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Lemahsugih
14
1
-
15
2
Bantarujeg
10
2
-
12
3
Cikijing
13
2
-
15
4
Cingambul
12
4
-
16
5
Talaga
10
3
-
13
6
Banjaran
10
3
-
13
7
Argapura
12
2
-
14
8
Maja
10
7
-
17
9
Majalengka
10
4
-
14
10
Cigasong
8
2
-
10
11
Sukahaji
13
7
-
20
12
Rajagaluh
10
3
-
13
13
Sindangwangi
9
1
-
10
14
Leuwimunding
9
5
-
14
15
Palasah
6
7
-
13
16
Jatiwangi
12
4
-
16
17
Dawuan
15
1
-
16
18
Panyingkiran
4
5
-
9
19
Kadipaten
7
-
-
7
20
Kertajati
13
-
-
13
21
Jatitujuh
13
2
-
15
22
Ligung
10
1
-
11







Tabel 2.2  Lanjutan

No
Kecamatan
Desa Swadaya
Desa Swakarya
Desa Swasembada
Jumlah Desa
23
Sumberjaya
12
1
-
13
24
Kasokandel
7
-
-
7
25
Sindang
5
-
-
5
26
Malausma
10
-
-
10
Kabupaten Majalengka
264
67
-334
Sumber : Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Majalengka 2007

      Karakteristik Kependudukan
Pembangunan SDM mempunyai peran yang paling strategis dalam tatanan bernegara dan bermasyarakat. Pembangunan bidang sosial budaya bertujuan untuk menciptakan SDM yang terdidik, memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, berperan aktif, berketerampilan, mencintai lingkungannya, serta sehat jasmani dan rohani.
Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 1998 sebanyak 1.083.537 jiwa terdiri atas laki-laki sebanyak 540.435 jiwa dan perempuan sebanyak 543.102 jiwa. Pada tahun 2007 jumlah penduduk meningkat menjadi 1.188.189 jiwa terdiri atas laki-laki sebanyak 588.321 jiwa dan perempuan sebanyak 599.868 jiwa dengan LPP rata-rata selama lima tahun sebesar 0,86 %, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Gambar 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Majalengka dalam 10 Tahun Terakhir (Sumber : SUSENAS 2007, diolah kembali)

Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi, dan peningkatan jumlah penduduk umumnya diikuti pula dengan perubahan jumlah angkatan kerja yeng tentunya menuntut peningkatan penyediaan lapangan kerja.
Di Kabupaten Majalengka pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2007 sebanyak 10.550 orang, yang terdiri dari laki-laki 4.376 orang dan 6.174 orang perempuan. Untuk jumlah pencari kerja yang terdaftar dan yang telah ditempatkan selama tahun 2007 adalah sebanyak 2.829 orang atau sebesar 26,82% yang terdiri dari 27 orang laki-laki dan 2.802 orang perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4.


Tabel 2.3 Jumlah Penduduk  Kabupaten Majalengka Jenis Kelamin Tahun 2007.     
No
Kecamatan
Jenis Kelamin
Jumlah
(orang)
Laki-laki
(orang)
Perempuan
(orang)
1
2
3
4
5





1
Lemahsugih
 28.225
 28.916
 57.141
2
Bantarujeg
 42.923
 44.208
 87.131
3
Cikijing
 30.013
 30.209
 60.222
4
Cingambul
 18.045
 18.381
 36.426
5
Talaga
 21.788
 22.200
 43.988
6
Banjaran
 12.151
 12.298
 24.449
7
Argapura
 17.210
 17.576
 34.786
8
Maja
 23.192
 23.762
 46.954
9
Majalengka
 32.680
 34.207
 66.887
10
Cigasong
 15.932
 16.108
 32.040
11
Sukahaji
 29.082
 28.454
 57.536
12
Rajagaluh
 21.716
 21.401
 43.117
13
Sindangwangi
 15.406
 15.561
 30.967
14
Leuwimunding
 29.863
 30.682
 60.545
15
Palasah
 23.603
 24.320
 47.923
16
Jatiwangi
 40.786
 41.847
 82.633
17
Dawuan
 43.169
 43.855
 87.024
18
Panyingkiran
 14.606
 14.691
 29.297
19
Kadipaten
 21.113
 21.291
 42.404
20
Kertajati
 22.442
 22.897
 45.339








Tabel 2.3  Lanjutan

No
Kecamatan
Jenis Kelamin
Jumlah
(orang)
Laki-laki
(orang)
Perempuan
(orang)
1
2
3
4
5





21
Jatitujuh
 26.531
 26.569
 53.100
22
Ligung
 29.915
 31.158
 61.073
23
Sumberjaya
 27.930
 29.277
 57.207
24
Kasokandel
15.303
14.737
30.040
25
Sindang
12.035
10.204
22.239
26
Malausma
12.557
10.665
23.212





Kabupaten Majalengka
 588.321
 599.868
1.188.189


Tabel 2.4 Pencari Kerja Yang Terdaftar Per Bulan Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2007.
Bulan
Tidak Tamat SD
Sekolah Dasar
S L T P
Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
Laki-laki (orang)
Perempuan (orang)
Laki-laki (orang)
Perempuan (orang)
1
2
3
4
5
6
7







Januari
-
-
6
81
47
42
Februari
-
1
7
95
46
67
Maret
1
-
12
151
36
103
April
-
-
19
72
46
67
Mei
-
-
13
248
43
108




Tabel 2.4 Lanjutan

Bulan
Tidak Tamat SD
Sekolah Dasar
S L T P
Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
Laki-laki (orang)
Perempuan (orang)
Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
1
2
3
4
5
6
7
Juni
-
-
10
205
39
126
Juli
-
-
5
330
36
120
Agustus
-
-
5
338
25
62
September
-
-
6
92
17
30
Oktober
-
-
3
234
32
171
November
-
-
7
253
34
105
Desember
-
-
1
76
20
49







Jumlah
1
1
94
2 175
421
1 050




Tabel 2.4 Lanjutan
Bulan
SLTA
D1, D2
D3
Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
1
8
9
10
11
12
13







Januari
194
90
5
12
12
35
Februari
185
75
2
6
5
15
Maret
173
100
1
7
8
7



Tabel 2.4 Lanjutan


Bulan
SLTA
D1, D2
D3
Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
1
8
9
10
11
12
13
April
168
61
-
12
3
6
Mei
155
75
2
13
8
16
Juni
340
253
7
12
11
12
Juli
737
618
9
17
11
11
Agustus
164
160
1
1
17
32
September
132
72
5
4
27
90
Oktober
325
218
4
15
46
72
November
329
150
7
13
28
80
Desember
178
82
8
23
8
18







Jumlah
3 080
1 954
51
135
184
394




















Tabel 2.4 Lanjutan
Bulan
Sarjana
Pasca Sarjana
Jumlah
Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
Laki-laki
(orang)
Perempuan (orang)
1
14
15
16
17
18
19







Januari
38
26
-
-
302
286
Februari
34
21
-
-
279
280
Maret
29
15
-
-
260
383
April
24
32
-
-
260
250
Mei
30
23
-
-
251
483
Juni
28
23
-
-
435
631
Juli
23
37
-
-
821
1133
Agustus
28
17
-
-
240
610
September
30
32
-
-
217
320
Oktober
111
105
-
-
521
815
November
144
104
-
-
549
705
Desember
26
30
-
-
241
278







Jumlah
545
465
-
-
4 376
6 174








Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Majalengka

Jumlah penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan pada tahun 2002 dengan pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 48,48 %, SMP sebanyak 12,23 %, SMA sebanyak 8,88 %, D1/D3 sebanyak 1,37 %, D4/S1 sebanyak 1,15 % dan sebanyak 27,89 % tidak memiliki ijazah. Sedangkan pada tahun 2007 penduduk yang menamatkan Sekolah Dasar meningkat menjadi 49,95 %, menamatkan SMP meningkat menjadi 15,20 %, menamatkan SMA mengalami penurunan menjadi 8,73 %, menamatkan D1/D3 meningkat menjadi 1,43 %, menamatkan D4/S1 meningkat menjadi 1,16 % dan sebanyak 23,53 % tidak memiliki ijazah.
Persentase penduduk usia sepuluh tahun ke atas yang memiliki kemampuan membaca dan menulis pada tahun 2002 sebesar 91,89 % dengan Angka Buta Huruf sebesar 8,11 %. Sedangkan pada tahun 2006 persentasenya meningkat menjadi 92,72 % dengan Angka Buta Huruf mengalami penurunan menjadi 7,28 %.
Pada  tahun 2002 persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja berdasarkan lapangan usaha pertanian sebesar 39,37 %, pertambangan dan penggalian sebesar 0,69 %, industri pengolahan sebesar 18,89 %, listrik/gas dan air minum sebesar 0,07 %, kontruksi sebesar 3,30 %, perdagangan sebesar 22,53 %, angkutan dan komunikasi sebesar 5,09 %, keuangan sebesar 3,66 %, jasa-jasa atau lainnya sebesar 6,40 %. Sedangkan pada tahun 2006 penduduk yang bekerja pada lapangan usaha pertanian sebesar 31,80 %, pertambangan dan penggalian sebesar 0,68 %, industri pengolahan sebesar 19,41 %, listrik/gas dan air minum sebesar 0,10 %, kontruksi sebesar 5,36 %, perdagangan sebesar 26,68 %, angkutan dan komunikasi sebesar 5,81 %, keuangan sebesar 0,57 %, jasa-jasa atau lainnya sebesar 10,37 %.

     Kondisi Perekonomian
Pertumbuhan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dicapainya, karena PDRB merupakan salah satu indikator kinerja pembangunan yang menggambarkan capaian kegiatan perekonomian secara makro.
Dalam kurun waktu  lima tahun terakhir yaitu tahun 2003 – 2007, perekonomian Kabupaten Majalengka menunjukkan pertumbuhan positif setiap tahunnya, tercermin dari PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2003 sebesar Rp. 3.039.562,16 juta sampai tahun 2007 telah mencapai Rp. 3.555.264.69  juta dengan pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sebesar 3,86 %. Begitu pula PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2003 sebesar Rp. 3.527.097,81 juta sampai dengan tahun 2007 mencapai Rp. 5.904.319,41 juta dengan pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sebesar 12,86 %.
Kontribusi persektor tahun 2003 – 2007 terbesar berada pada sektor pertanian dengan rata-rata sebesar 30,26 % disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan rata-rata sebesar 20,04 % dan sektor industri pengolahan dengan rata-rata sebesar 17,42 %.
Indikator lainnya yang menunjukkan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Majalengka adalah PDRB Perkapita. Atas dasar harga konstan pada tahun 2003 PDRB perkapita sebesar 2.690.232,75 sampai tahun 2007 mencapai Rp. 3.015.143,87 atau meningkat setiap tahunnya rata-rata sebesar 2,89 %. Sedangkan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku tahun 2003 sebesar 3.121.737,12 sampai tahun 2007 mencapai Rp. 5.007.326,90 atau meningkat setiap tahunnya rata-rata sebesar  12,58 %.

     Kondisi Sarana dan Prasarana
Infrastruktur merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan daerah di semua bidang. Pembangunan infrastruktur meliputi Infrastruktur transportasi, prasarana sumber daya air, prasarana energi, prasarana telekomunikasi, perumahan dan permukiman serta prasarana persampahan.
Prasarana transportasi berupa jalan yang terdapat di Kabupaten Majalengka pada Tahun 2003 dari keseluruhan panjang jalan 685,70 Km, dalam kondisi baik sepanjang 240,00 Km (35,00%), kondisi sedang 235,75 Km (34,38%), kondisi rusak 167,85 Km (24,48%), dan kondisi rusak berat sepanjang 42,10 Km (6,14%). Pada tahun 2007 dari keseluruhan panjang jalan 693,10 Km, dalam kondisi baik sepanjang 271,10 Km (39,54%), kondisi sedang 248,20 Km (36,20%), kondisi rusak 145,80 Km (21,26%), dan kondisi rusak berat sepanjang 28,00 Km (4,08%).
Prasarana transportasi berupa terminal yang saat ini terdapat di Kabupaten Majalengka, dari tahun 2003 sampai Tahun 2007 masih tetap berjumlah 7 terminal yaitu Terminal Cipaku, Cigasong, Rajagaluh, Maja, Talaga, Bantarujeg dan Cikijing dengan luas keseluruhan 33.473 M2. Klasifikasi terminal seluruhnya merupakan Terminal type C, dan jenis angkutan yang dilayani meliputi Bis Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP), mini bus, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Keberadaan terminal tersebut belum seluruhnya optimal melayani sistem perjalanan di Kabupaten Majalengka baik mobilisasi internal ataupun eksternal.
Pembangunan bidang sumber daya air di Kabupaten Majalengka, akan memperhatikan kebijakan yang lebih mengarah pada Pembangunan Prasarana Penyediaan Air Baku untuk mendukung Program Pemerintah mencapai Swasembada Pangan, di samping Pengendalian Daya Rusak Air berupa Pengendalian Banjir serta Konservasi sumber air.
Berdasarkan data tahun 2003 dari keseluruhan areal pertanian seluas 51.045 Ha, sawah yang beririgasi teknis seluas 17.041 Ha (33,38%), irigasi setengah teknis 8.826 Ha (17,29%), irigasi sederhana 12.212 Ha (23,92%) dan sawah tadah hujan 12.966 Ha (25,40%). Sementara itu pada tahun 2007, lahan pertanian mengalami penurunan sebesar 0,27% yaitu menjadi 50.905 Ha dengan rincian sawah yang beririgasi teknis seluas 17.434 Ha (34,25%), irigasi setengah teknis 7.879 Ha (15,48%), irigasi sederhana 12.799 Ha (25,14%) dan sawah tadah hujan 12.793 Ha (25,13%).
Sistem penyediaan air minum di wilayah Kabupaten Majalengka terdiri atas sistem perpipaan dan non-perpipaan. Sistem perpipaan melayani bagian wilayah perkotaan, dan hanya sebagian kecil wilayah yang terlayani. Pada tahun 2003, pelayanan air minum perpipaan baru mencakup kawasan perkotaan di 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan Majalengka, Panyingkiran, Cigasong, Kadipaten, Sukahaji, Rajagaluh, Talaga, Cikijing dan Cingambul dengan jumlah penduduk terlayani sebesar 22,39%. Pada tahun 2007, pelayanan air minum perpipaan mengalami perluasan menjadi 12 (dua belas) kecamatan yaitu Kecamatan Majalengka, Panyingkiran, Cigasong, Kadipaten, Sukahaji, Rajagaluh, Talaga, Cikijing, Cingambul, Jatiwangi, Dawuan dan Sindangwangi, dengan jumlah penduduk terlayani sebesar 17,84%. Sumber air yang digunakan untuk penyediaan air minum perpipaan umumnya diambil dari mata air dan sumber air permukaan. Sedangkan sistem non-perpipaan banyak terdapat di wilayah perdesaan dengan memanfaatkan sumur gali dan pompa, sungai atau mata air yang terdapat di sekitarnya.
Potensi energi berupa minyak bumi dan gas alam di Kabupaten Majalengka terdapat di 3 lapangan yaitu lapangan randegan, lapangan tugu barat dan lapangan Pasar Catang yang seluruhnya berada dalam pengelolaan PT. PERTAMINA daerah operasi hulu jawa bagian barat. Jumlah sumur migas sebanyak 28 buah yang terdiri atas 11 sumur aktif dan produktif, 15 sumur tidak aktif yang digunakan sebagai cadangan, 2 sumur dalam pemeliharaan dan sedang dibangun. Lokasi sumur tersebut tersebar di 6 desa dan 3 kecamatan, yaitu kecamatan Sumberjaya: Desa Bongas Wetan 4 Sumur, Cidenok 4  sumur, Garawangi 5 sumur dan Loji Kobong 1 sumur; Kecamatan Kertajati : Desa Mekarmulya 13 sumur; dan Kecamatan Ligung berada di Desa Kodasari 1 sumur. Berdasarkan hasil penelitian tahun 2002 potensi sisa cadangan pasti minyak bumi sebanyak 15.823.868 MSTB, sedangkan untuk gas alam potensinya sebesar 81.088,10 MMSCF.
Pelayanan listrik di wilayah Kabupaten Majalengka dilayani oleh 3 (tiga) Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) PT. PLN, yaitu PT. PLN UPJ Majalengka, UPJ Jatiwangi dan UPJ Kuningan. Kapasitas listrik terpasang pada tahun 2003 sebesar 165.528 Kilowatt dengan jumlah pelanggan sebanyak 183.920. Sementara itu pada tahun 2007 kapasitas listrik terpasang mengalami kenaikan menjadi 34.178.226 Kilowatt, dengan jumlah pelanggan sebanyak 240.296 pelanggan. Dari kebutuhan kapasitas tersebut dipasok dari Gardu Induk Kadipaten dengan kapasitas 10.000.000 Kilowatt, kekurangannya dipasok dari Gardu Induk Ciamis, Kuningan dan Cirebon. Adanya rencana Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) perlu dilakukan penambahan dan pengembangan kapasitas.
Untuk listrik perdesaan, sampai dengan tahun 2007 masih terdapat masyarakat yang belum memperoleh aliran listrik perdesaan karena faktor kondisi geografi, perekonomian masyarakat yang kurang, dan tingkat beban yang secara teknis dan ekonomis belum layak dipasok pembangkit skala besar.
Pelayanan sistem komunikasi di Kabupaten Majalengka dilayani oleh sistem prasarana pos dan telekomunikasi. Jaringan telepon terpasang di Kabupaten Majalengka pada tahun 2003 sejumlah 1.048 SST, sedangkan pada tahun 2007 kapasitas terpasang mengalami kenaikan hingga mencapai 5.122 SST termasuk telepon umum dan wartel/kios telepon yang tersebar di 26 Kecamatan. Selain itu, untuk wilayah – wilayah yang belum terjangkau oleh jaringan telekomunikasi kabel, terdapat jaringan telepon seluler untuk mendukung sistem telekomunikasi di Kabupaten Majalengka, terutama dalam bentuk format GSM (Global System Mobile) dengan jaringan berupa tiang-tiang Base Transceiver Station (BTS) yang dilakukan oleh perusahaan operator swasta. Sedangkan bentuk pelayanan Pos di Kabupaten Majalengka adalah dalam bentuk Kantor Pos dan Pos Keliling beserta jaringannya untuk menjangkau seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka, dalam kurun waktu tahun 2003 sampai dengan tahun 2007, pelayanan Pos dan Giro dilayani oleh 1 (satu) buah Kantor Pos Giro dan dibantu yang oleh 22 kantor pos pembantu yang tersebar di kecamatan – kecamatan dan juga 93 pos keliling.
Data Perumahan pada tahun 2003 terdapat 202.513 rumah, sedangkan pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 28,45% atau sebanyak 260.135 rumah. Hal ini terjadi akibat dari adanya pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Majalengka. Dari jumlah rumah tersebut, pada tahun 2007 masih terdapat kurang lebih 19.000 rumah yang berlantai tanah dan 21.000 rumah yang berdinding bambu. Memperhatikan hal ini, pembangunan masyarakat melalui pemugaran rumah tidak layak huni perlu terus ditingkatkan.
            Pelayanan persampahan di Kabupaten Majalengka, dari tahun 2003 sampai tahun 2007 masih dilayani oleh fasilitas 2 Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) yaitu TPA Heuleut dan TPA Talaga. Sampah di Kabupaten Majalengka berasal dari berbagai sumber seperti dari perumahan, pasar, rumah sakit, tempat-tempat umum, dan industri. Sampah organik dan rumah tangga mendominasi komposisi sampah yang dihasilkan di Kabupaten Majalengka.

           Kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang mempengaruhi terhadap kelangsungan kehidupan suatu wilayah, sangat bergantung terhadap keberadaan hutan di wilayahnya. Hutan merupakan lahan yang ditumbuhi oleh berbagai jenis pepohonan, yang berfungsi sebagai kawasan konservasi yang memberikan perlindungan pada kawasan-kawasan di sekitarnya. Luasan hutan di Kabupaten Majalengka dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 adalah sebesar 19.082,770 Ha atau sebesar 15,85% dari luas wilayah. Jenis hutan di Kabupaten Majalengka berdasarkan statusnya terbagi dua yaitu :
1.      Hutan rakyat, merupakan kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat.
2.      Hutan Negara, yaitu merupakan kawasan hutan yang dikelola oleh pemerintah seperti halnya : hutan lindung, hutan konservasi dan hutan produksi.
Berdasarkan data tahun 2003, luas lahan kritis 39.146,97 Ha, sedangkan pada tahun 2007 menjadi seluas 23.971,85 Ha, atau ada penurunan seluas 15.175,12 Ha.
Untuk hutan konservasi di Kabupaten Majalengka terdapat Taman Nasional Gunung Ciremai dengan luas keseluruhan 15.500 Ha dan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Majalengka seluas 6.933,13 Ha (5,76 %) dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka.




    Keadaan Alam Wilayah  dan  Karakteristik Fisik  Kabupaten Majalengka

Kemiringan lahan di Kabupaten Majalengka diklasifikasikan ke dalam 3 kelas yaitu landai/dataran rendah (0 – 15 %), berbukit bergelombang (15-40 %) dan perbukitan terjal (>40 %). Berdasarkan klasifikasi kelas kemiringan lahan, 13,21% dari luas wilayah Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di atas 40%, 18,53%, berada dalam kelas kemiringan lahan 15 – 40 %, dan 68,26% berada pada kelas kemiringan lahan 0 - 15%. Kondisi bentang alamnya sebagian besar melandai ke daerah Utara, menyebabkan aliran sungai dan mata air mengalir ke arah utara sehingga pada wilayah bagian Utara Kabupaten Majalengka terdapat banyak persawahan.  Perbukitan   dengan lereng  yang  curam  terdapat  di sekitar lereng  Gunung Ciremai dan lereng Gunung Cakrabuana. Kondisi topografis ini disamping sangat berpengaruh pada pemanfaatan ruang dan potensi pengembangan wilayah, juga mengakibatkan terdapatnya daerah rawan terhadap longsor dan gerakan tanah khususnya daerah yang mempunyai kelerengan curam.
Berdasarkan ketinggian, secara umum wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0 – 100 m dpl), dataran sedang (100 – 500 m dpl) dan dataran tinggi (> 500 m dpl). Morfologi dataran rendah sebesar 42,21% dari luas wilayah, berada di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, yang meliputi Kecamatan Kadipaten, Panyingkiran, Dawuan, Jatiwangi, Sumberjaya, Ligung, Jatitujuh, Kertajati, Cigasong, Majalengka, Leuwimunding dan Palasah. Kemiringan tanah di daerah ini antara 5%-8% dengan ketinggian antara 20-100 m di atas permukaan laut (dpl), kecuali di Kecamatan Majalengka tersebar beberapa perbukitan rendah dengan kemiringan antara 15%-25%.
Morfologi dataran sedang (berbukit dan bergelombang) sebesar 20,82% dari luas wilayah, umumnya berada di Wilayah Tengah, meliputi Kecamatan Rajagaluh dan Sukahaji sebelah Selatan, Kecamatan Maja, sebagian Kecamatan Majalengka. Kemiringan tanah di daerah ini berkisar antara 15-40%, dengan ketinggian 300-700 m dpl.
Morfologi dataran tinggi (perbukitan terjal) sebesar 36,97% dari luas wilayah, mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di dalamnya wilayah yang berada pada ketinggian di atas 2.000 mdpl yaitu terletak di sekitar kawasan kaki Gunung Ciremai. Sebagian kecil Kecamatan Rajagaluh, Argapura, Talaga, sebagian Kecamatan Sindangwangi, Cingambul, Banjaran, Bantarujeg dan Lemahsugih dan Kecamatan Cikijing bagian Utara. Kemiringan di daerah ini berkisar 25%-40% dengan ketinggian antara 400-2000 m di atas permukaan laut.
Kondisi geologi di Kabupaten Majalengka dipengaruhi oleh adanya sesar baribis yang berada di sekitar Gunung Ciremai, dan diperkirakan merupakan patahan rawan gempa. Hal ini mengakibatkan daerah Selatan dan Timur Kabupaten Majalengka merupakan daerah yang rawan terhadap gerakan tanah (longsor dan gempa).
Sumber daya air di Kabupaten Majalengka dibagi ke dalam dua bagian yaitu air permukaan dan air bawah tanah. Potensi air permukaan yang menjadi jantung kebutuhan air cukup besar untuk dimanfaatkan terutama bagi pengairan, diperoleh dari 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Cimanuk dan Cilutung dan beberapa anak sungai lainnya. Sementara potensi air permukaan lainnya berada di beberapa tempat yang mempunyai debit air tinggi yang berasal dari sumber mata air, umumnya berada di Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka. Untuk kondisi Air Bawah Tanah (ABT), berdasarkan kondisi yang ada, secara umum Wilayah Utara dan Tengah Kabupaten Majalengka mempunyai potensi ketersediaan ABT cukup baik,  kecuali untuk Kecamatan Kertajati, Dawuan, dan Ligung kurang baik.

 



  Fisiografi Regional

Secara fisiografi, van Bemmelen (1970) telah membagi daerah Jawa bagian barat menjadi lima jalur fisiografi (Gambar 2.4). Pembagian zona fisiografi daerah Jawa bagian barat tersebut yaitu :
1. Zona Dataran Rendah Pantai Jakarta
2. Zona Bogor
3. Zona Bandung
4. Zona Pegunungan Bayah
5. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat
Berdasarkan letaknya, maka secara fisiografi, daerah penelitian termasuk kedalam Zona Bogor bagian Timur.
Zona Bogor terdapat di bagian selatan Zona Dataran Rendah Pantai Jakarta, dan membentang dari barat ke timur, yaitu mulai dari Rangkasbitung, Bogor, Subang, Sumedang, dan berakhir di Bumiayu dengan panjang kurang lebih 40 km. Zona Bogor ini merupakan daerah antiklinorium yang cembung ke utara dengan arah sumbu lipatan barat – timur. Inti antiklinorium ini terdiri dari lapisan-lapisan batuan berumur Miosen dan sayapnya ditempati batuan yang lebih muda yaitu berumur Pliosen – Pleistosen. Pada Zona Bogor, terdapat beberapa morfologi intrusi berupa boss. Batuannya terdiri atas batupasir, batulempung dan breksi yang merupakan endapan turbidit, disertai beberapa intrusi hypabisal, konglomerat dan hasil endapan gunungapi. Di samping itu, juga terdapat lensa-lensa batugamping. Endapannya terdiri oleh akumulasi endapan Neogen yang tebal dengan dicirikan oleh endapan laut dalam

Gambar 2.3 Pembagian Fisiografi Jawa dan Madura (van Bemmelen, 1970)

Menurut keadaan geologi yang meliputi sebaran dan struktur batuan, terdapat beberapa batuan dan formasi batuan yaitu Aluvium seluas 17.162 Ha (14,25%), Pleistocene Sedimentary Facies seluas 13.716 Ha (13,39%), Miocene Sedimentary Facies seluas 23,48 Ha (19,50%), Undiferentionet Vulcanic Product seluas 51.650 Ha (42,89%), Pliocene Sedimentary Facies, seluas 3.870 Ha (3,22%), Liparite Dacite seluas 179 Ha (0,15%), Eosene seluas 78 Ha (0,006%), Old Quartenary Volkanik Product seluas 10.283 Ha (8,54%). Jenis-jenis tanah di Kabupaten Majalengka ada beberapa macam, secara umum jenis tanah terdiri atas Latosol, Podsolik, Grumosol, Aluvial, Regosol, Mediteran, dan asosianya. Jenis-jenis tanah tersebut memegang peranan penting dalam menentukan tingkat kesuburan tanah dalam menunjang keberhasilan sektor pertanian.

  Stratigrafi Regional                       

Pembahasan stratigrafi regional dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum dari beberapa formasi yang erat hubungannya dengan stratigrafi  daerah penelitian dan diuraikan dari satuan yang tua ke satuan yang lebih muda.
Van Bemmelen (1970) telah mengurutkan stratigrafi Zona Bogor bagian tengah dan timur dengan batuan tertua Anggota Pemali Bawah yang berumur Oligosen sampai Miosen Bawah, dengan fosil penunjuk foraminifera besar Spiroclypeus sp. Ciri litologinya adalah perlapisan batulempung, napal, serpih dengan sisipan batupasir kuarsa dan batugamping.
Di atas formasi itu diendapkan batuan dari Formasi Pemali Anggota Atas yang dikenal dengan kompleks Annulatus (Annulatus Complex), yang berumur Miosen Bawah bagian atas sampai Miosen Tengah bagian bawah. Formasi ini terbagi kedalam fasies utara dan fasies selatan. Fasies utara terdiri dari batupasir kuarsa, napal, batulempung, serpih, tuff, dan batugamping Kelapanunggal. Sedangkan fasies selatan terdiri dari batupasir kuarsa, lapisan tipis batubara, batugamping napalan, dan sisipan hasil erupsi gunungapi. Batuan-batuan tersebut sebagian besar diperkirakan berasal dari Dataran Sunda, yang interkalasi dengan batuan volkanik dari selatan. Dalam Fasies tersebut banyak ditemukan fosil foraminifera besar Cycloclypeus / Katacycloclypeus Annulutus MARTIN, Cycloclypeus sp., Lepidocyclina sp., dan Miogypsina sp..
Di atas Formasi Pemali secara selaras diendapkan Formasi Cidadap atau disebut juga Formasi Halang bagian atas, yang terdiri dari batulempung, serpih dengan fasies laut yang tersebar di bagian utara, breksi volkanik, dan batupasir tufaan yang tersebar di bagian selatan. Ketebalan lapisan ini diperkirakan 1200 – 1500 meter di Zona Bogor bagian tengah, dan sekitar 1500 – 2500 meter di Zona Bogor bagian Timur. Mengandung fosil Lepidocylina sp., yang berumur Miosen Tengah bagian atas.
Di atas Formasi Cidadap diendapkan secara tidak selaras batuan yang merupakan hasil kegiatan volkanik yang disertai dengan intrusi-intrusi hornblenda, andesit, dasit, diorit, dan kuarsa yang dikenal dengan nama Breksi Kumbang yang berumur Miosen Atas.
Secara selaras di atas Breksi Kumbang diendapkan Formasi Kaliwangu yang terdiri dari serpih, batulempung, napal, batupasir tuffan, andesitik, dasitik, konglomerat, dan breksi, serta lapisan tipis batubara muda, berumur Pliosen Bawah. Fosil yang ditemukan adalah Molusca chirebonian dan fauna vertebrata Cijulang bagian atas.
Secara selaras di atas Formasi Kaliwangu diendapkan Formasi Ciherang yang berumur Pliosen Atas. Di atas Formasi Ciherang diendapkan secara tidak selaras Formasi Tambakan yang merupakan hasil gunungapi yang berumur Pleistosen Bawah.
Produk termuda dari stratigrafi ini adalah endapan aluvium yang diendapkan di atas formasi – formasi lainnya. Djuri (1996), dalam Peta Geologi Lembar Arjawinangun menyebutkan dari batuan tertua sampai yang termuda sebagai berikut : Formasi Cinambo, batugamping Kompleks Kromong, Formasi Halang, Formasi Subang, Formasi Kaliwangu, Formasi Citalang, Breksi terlipat, Hasil Gunungapi Tua, Hasil Gunungapi Muda, dan Aluvium.
Formasi tertua adalah Formasi Cinambo, yang berdasarkan kandungan fosil foraminifera adalah berumur Miosen Bawah sampai Miosen Tengah. Formasi ini dibagi dua, yaitu: Anggota batupasir (bagian bawah), dan Anggota Serpih (bagian atas). Anggota batupasir terdiri dari graywake, yang mempunyai ciri perlapisan tebal dengan sisipan serpih, batulempung tipis, batupasir gampingan, tuf, batulempung, dan batulanau. Anggota Serpih terdiri dari batulempung dengan sisipan batupasir, batugamping, batupasir gampingan, dan batupasir tufaan. Di atas Formasi Cinambo diendapkan secara selaras batugamping Kompleks Kromong, yang terdiri dari batugamping, batulempung, batupasir gampingan, dan batupasir tufaan. Formasi ini berumur Miosen Tengah.
Secara selaras di atas batugamping Kompleks Kromong diendapkan Formasi Halang, yang terdiri dari Anggota Halang Bawah, dan Anggota Halang Atas. Anggota Halang Bawah terdiri dari breksi gunungapi yang bersifat andesitik sampai basaltik, batulempung, tuf dan konglomerat. Anggota Halang Atas terdiri dari batupasir tufaan, batulempung, dan konglomerat. Formasi ini berumur Miosen Tengah sampai Miosen Atas.
Di atas Formasi Halang secara selaras diendapkan Formasi Subang, yang terdiri dari batulempung yang mempunyai sisipan batugamping yang berwarna abu-abu tua dan kadang-kadang dijumpai sisipan batupasir glaukonit yang berwarna hijau. Formasi ini berumur Miosen Atas.
Kemudian secara tidak selaras di atas Formasi Subang diendapkan Formasi Kaliwangu, yang terdiri dari batulempung yang mengandung moluska, konglomerat dengan lensa-lensa batupasir dan sisipan batupasir tuffan dan kadang-kadang ditemukan lapisan batupasir gampingan, dan batugamping. Formasi ini berumur Pliosen Bawah.
Di atas Formasi Kaliwangu secara selaras diendapkan Formasi Citalang yang terdiri batugamping koral, batupasir, batupasir tufaan, batulempung tufaan, konglomerat, dan kadang-kadang dijumpai lensa-lensa batupasir gampingan yang padu. Formasi ini berumur Pliosen Tengah sampai Pliosen Atas.
Di atas Formasi Citalang secara tidak selaras terdapat breksi terlipat yang terdiri dari breksi gunungapi yang bersifat andesitik, breksi tufaan, batupasir kasar, batulempung tufaan, dan graywacke. Batuan ini berumur Pleistosen Bawah. Kemudian Endapan Hasil Gunungapi Tua menutupi breksi terlipat secara selaras. Endapan Gunungapi Tua terdiri dari breksi lahar, lava andesitik sampai basaltik. Endapan ini berumur Pleistosen Tengah sampai Pleistosen Atas.
Kemudian secara selaras diatas Endapan Gunungapi Tua diendapkan Endapan Gunungapi Muda yang  terdiri dari breksi lahar, batupasir tufaan, lapili, lava andesitik sampai basaltik. Endapan ini diperkirakan hasil dari produk Gunungapi Ciremai, dan Gunungapi Tampomas. Batuan ini berumur Pleistosen Atas sampai Holosen Bawah.

  Struktur Geologi Regional

Van Bemmelen (1970) telah membagi Jawa bagian barat menjadi beberapa jalur fisiografi dan struktural dimana daerah pemetaan termasuk pada jalur struktur geologi Zona Bogor bagian timur yang telah terlipat kuat sehingga menghasilkan antiklinorium dengan sumbu berarah barat timur. Di bagian utara zona ini, keadaan struktur geologinya berarah utara karena adanya tekanan dari arah selatan. Gaya tersebut mengakibatkan perlipatan dan sesar naik.  Inti dari perlipatan ini terdiri atas batuan sedimen berumur Miosen sedangkan sayapnya terdiri dari batuan sedimen Pliosen.
Menurut Van Bemmelen (1970) Zona Bogor telah mengalami dua kali masa periode tektonik yaitu :
·         Periode intra Miosen atau Miosen Pliosen.
·         Periode Pliosen – Plistosen.
Pada periode tektonik intra tektonik Miosen, berlangsung pembentukan geantiklin jawa, akibat gaya tekanan dari arah selatan terbentuk struktur lipatan dan sesar pada sedimen di utara. Peristiwa ini terjadi setelah Formasi Cidadap diendapkan pada Miosen Tengah. Pada Miosen Atas atau Miosen – Pliosen antklinorium ini mengalami intrusi dasit dan andesit hornblenda, disamping itu terjadi pula ekstrusi Breksi Kumbang di ujung timur Zona Bogor. Ketidakselarasan antara Formasi Subang dan Formasi Kaliwangu yang berumur Pliosen Bawah (Silitonga, 1973) yang terjadi pada Zona Bogor bagian utara, menandakan bahwa pada periode Miosen – Pliosen tersebut terjadi proses perlipatan pada keseluruhan Zona Bogor bagian utara.
Pada periode tektonik Pliosen-Pleistosen, terjadi proses perlipatan dan sesar yang diakibatkan oleh terjadinya amblesan dibagian utara Zona Bogor yang kemudian menimbulkan gangguan tekanan yang kuat pada Zona Bogor. Pada kala Pliosen-Pleistosen bagian barat Zona Bogor mengalami pengangkatan dan membentuk Kaliglagah Beds yang terdiri dari endapan klastik dan lignit dan selanjutnya Cigintung Beds terendapakan. Semua formasi tersebut menutupi batuan terdahulu secara selaras semu (pseudo conformable).
Kegiatan tektonik Pliosen-Pleistosen di daerah ini mengakibatkan terjadinya sesar terobosan komplek kromong yang andesitis dan dasitis. Setelah berakhir kegiatan tersebut terbentuklah Tambakan Beds yang berumur Pleistosen Bawah dan menutupi satuan lainya secara tidak selaras. Tidak adanya batuan yang berumur Pliosen Atas di daerah ini menunjukan adanya kekosongan pengendapan batuan. Pada kala Pleistosen Tengah sampai Atas di Zona Bogor  bagian tengah dan timur terbentuk endapan Vulkanik tua (Gunung Slamet tua) dan Vulkanik muda dari Gunung Ciremai, selanjutnya disusul oleh aktifitas pada Pleistosen Atas yang menghasilkan Linggopodo Beds dan diikuti lagi oleh kegiatan Vulkanik Resen dari Gunung Ciremai sehingga terbentuk endapan Vulkanik muda ke bagian  utara zona tersebut. Tekanan tersebut menimbulkan struktur perlipatan dan sesar naik dibagian Zona Bogor  yang dikenal sebagai “Baribis thrust”.

  Sejarah Geologi Regional.

Van Bemmelen (1970) mengemukakan bahwa pada awal Oligosen Zona Bogor merupakan cekungan laut dalam yang ditandai dengan adanya endapan flysh, endapan laut dengan sisipan batuan volkanik yang kemudian dikenal dengan  nama Formasi Pemali. Setelah evolusi non volkanisme berakhir, dilanjutkan dengan suatu aktivitas volkanisme yang disertai dengan gejala penurunan, sehingga terbentuk beberapa gunungapi bawah laut pada awal Miosen yang menghasilkan  endapan yang bersifat andesitik dan basaltik. Pada Miosen Tengah aktivitas volkanisme ini berkurang dan diganti dengan pengendapan lempung, napal, dan gamping terumbu yang menandakan lingkungan laut dalam. Di Zona Bogor pada masa itu dibentuk endapan Formasi Cidadap dan Formasi Halang. Fasies Selatan tersusun atas breksi dan batupasir tufan, sedangkan fasies Utara tersusun atas batulempung dan napal.
Akhir Miosen Tengah terbentuk geantiklin di pegunungan selatan yang disusul dengan peluncuran puncaknya ke arah cekungan Jawa bagian utara. Akhir Miosen Atas aktivitas volkanisme ini bergeser ke Zona Bandung dan Bogor Selatan yang menghasilkan endapan Breksi Kumbang. Hal ini menunjukan bahwa zona tunjaman  arahnya telah bergeser lebih ke selatan dari sebelumnya. Selama kegiatan volkanisme Miosen Tengah, sedimen Zona Bandung dan Zona Bogor mengalami erosi kuat. Sementara itu dataran pantai Jakarta terus mengalami penurunan dengan ditandai oleh diendapkannya lempung dan napal yang dikenal dengan nama Formasi Kaliwangu, yang berumur Pliosen.
Pada Miosen Atas, dapat dikatakan bahwa cekungan Bogor telah berubah menjadi dangkal. Hal ini ditandai dengan adanya satuan batupasir dengan struktur sedimen silang siur dan fosil mollusca. Diatasnya diendapkan endapan volkanik Pliosen-Plistosen, dimana aktivitas ini terlihat jelas pada jalur transisi Zona Bandung dan Zona Bogor.
Pada Pliosen Tengah aktivitas volkanisme kembali terjadi dan mengakibatkan Formasi Kaliwangu yang berfasies sedimen berubah kearah fasies volkanik yang bersifat andesitik, kemudian diatasnya diendapkan konglomerat Formasi Ciherang.

2.3 Tata Guna Lahan

Luas lahan  Kabupaten 120.424 hektar, terdiri atas lahan sawah 50.905  hektar dan non sawah   69.519 hektar. Adapun data potensi lahan lebih rinci seperti disajikan pada Tabel 2.5 berikut ini. 


 No
Penggunaan Lahan
Realisasi Dalam Satu Tahun (Ha)
Sementara Tidak Diusahakan
(Ha)
Jumlah
(Ha)
Ditanami Padi
Tidak Ditanami Padi*
Tiga Kali
Dua Kali
Satu Kali
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
LAHAN PERTANIAN






1.1.
Lahan Sawah







a.
Irigasi Teknis
4.123
13.162
120
57
 -
17.462

b.
Irigasi Setegah Teknis
618
7.193
49
148
 -
8.008

c.
Irigasi Sederhana
426
5.180
426
 -
 -
6.032

d.
Irigasi Desa/Non PU
 -
6.705
369
16
28
7.118

e.
Tadah Hujan
 -
5.109
7.106
159
38
12.412

f.
Pasang Surut
 -
 -
 -
 -
 -
 -

g.
Lebak
 -
 -
 -
 -
 -
 -

h.
 Polder dan sawah lainnya
 -
 -
 -
20
 -
20

Jumlah Lahan Sawah
5.167
37.349
8.070
400
66
51.052
1.2.
Lahan Bukan Sawah







a.
Tegal/Kebun





23.740

b.
Ladang/Huma





463

c.
Perkebunan





214

d.
Ditanami pohon/hutan rakyat




4.544

e.
Tambak





 -

f.
Kolam/tebat/empang





555

g.
Padang penggembalaan/rumput




779

h.
Sementara tidak diusahakan **)




93

i.
Lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman pertanian, dll)





726

Jumlah Lahan Bukan Sawah




31.114
2.
LAHAN BUKAN PERTANIAN






a.
a. Rumah, bangunan dan halaman sekitarnya



12.245

b.
b. Hutan negara





20.140

c.
c. Rawa-rawa (tidak ditanami)




164

d.
d. Lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus, dll)


5.709

Jumlah Lahan Bukan Pertanian




38.258
Total (Luas Wilayah Kecamatan) = Jumlah Lahan Sawah + Jumlah Lahan Bukan Sawah + Jumlah Lahan Bukan Pertanian
120.424
Keterangan :






*) Ditanami palawija, tanaman semusim lainya atau tidak ditanami selama 1 tahun


**) Lebih dari 1 tahun tetapi 2 tahun, termasuk lahan sawah yang tidak diusahakan dalam 2 tahun


Bila dibandingkan dengan keadaan luas lahan pada Tahun 2006, terjadi penurunan luas lahan sawah seluas 1 hektar yang beralih fungsi ke lahan non sawah, dengan perincian sebagaimana tercantum pada Tabel  2.6
Adapun perkembangan penggunaan lahan selama lima tahun terakhir seperti pada Tabel 2.7  berikut ini. 

Tabel 2.6 Mutasi Penggunaan Lahan Tahun 2006
No
Jenis Penggunaan
Keterangan Mutasi
1
Tegal kebun
1 ha à   pekarangan
2
Pekarangan
1 ha à kolam
3
Irigasi ½
1 ha à pekarangan
4
Sementara tidak diusahakan
184 ha à ditanami pohon
5
Lain-lain
6 ha à kolam
6
Rawa-rawa yang tidak ditanami
5 ha à hutan rakyat
7
Kolam
12 ha à rawa


Tabel 2.7 Perkembangan Penggunaan Lahan Selama Lima Tahun Terakhir  Di Kabupaten Majalengka 
No
Jenis Penggunaan
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
I
LAHAN SAWAH (Ha)







1.
Irigasi teknis
17.401
17.120
17.453
17.434
17.434
17.462

2.
Irigasi ½ teknis
8.826
8.874
7.880
7.880
7.879
8.008

3.
Irigasi Sederhana
5.164
4.464
5.819
5.819
5.843
6.032

4.
Irigasi Desa (Non PU)
7.048
7.379
6.878
6.978
6.956
7.118

5.
 Tadah Hujan
12.606
13.100
12.895
12.795
12.793
12.412

6.
Pasang Surut
-
-
-
-
-
-

7.
Lebak
-
-
-
-
-
-

8.
Polder dan sawah lainnya
-
-
-
-
-
20
JUMLAH I
51.045
50.937
50.925
50.906
50.905
51.052
II
LAHAN KERING (Ha)







1.
Pekarangan
11.927
12.324
12.334
12.355
12.354
12.245

2.
Tegal (kebun)
24.881
24.310
24.250
24.250
24.251
23.740


Tabel 2.7 Lanjutan

No



Jenis Penggunaan
Tahun



2002
2003
2004
2005
2006
2007
II



LAHAN KERING (Ha)










3.
Ladang (Huma)
45
45
45
45
45
463




4.
Pengembalaan (Padang Rumput)
1.374
1.309
1.281
1.281
1.281
4.544




5.
Sementara Tidak diusahakan
262
230
230
230
46
20.140




6.
Hutan Rakyat
3.585
3.780
3.884
3.884
4.073
214




7.
Hutan Negara
20.140
20.140
20.142
20.140
20.140
5.709




8.
Perkebunan
431
214
214
214
214
726




9.
Lain-lain         
6.055
6.446
6.426
6.391
6.385
164




10.
Rawa-rawa
104
105
105
140
147





11.
Tambak
0
0
0
0
0
555




12.
Kolam   (Tebal, Empang)
575
584
588
588
583
12.245
JUMLAH II
69.379
69.487
69.499
69.518
69.519
69.372
TOTAL
120.424
120.424
120.424
120.424
120.424
  120.424

  Iklim dan Cuaca

Curah hujan tahunan rata-rata di Kabupaten Majalengka berkisar antara 2.400 mm-3.800 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan sebanyak 11 hari/bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah Selatan dan tenggara, kecuali pada bulan April sampai dengan Juli bertiup dari arah Barat Laut dengan kecepatan antara 3-6 knot (1 knot =1.285 m/jam).

  Sentra Produksi Komoditas Unggulan

  Sentra Produksi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan  Hortikultura

Sentra-sentra produksi komoditas unggulan tanaman pangan dan hortikultura di wilayah Kabupaten Majalengka tertera dalam tabel 2.8.

Tabel 2.8 Sentra Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kab. Majalengka
No
Komoditas Unggulan
Daerah Sentra
1
Padi sawah
Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kadipaten, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Maja, Sukahaji, Rajagaluh, Sindangwangi dan Leuwimunding
2
Padi ladang
Kertajati, Majalengka, Cikijing, Lemahsugih
3
Jagung
Argapura, Banjaran, Talaga, Cikijing, Cingambul, Bantarujeg, Lemahsugih, Majalengka
4
Kedelai
Jatiwangi, Dawuan, Majalengka, Panyingkiran, Cigasong, Palasah, Ligung, Kertajati, Sukahaji
5
Kacang tanah
Majalengka, Panyingkiran, Palasah, Ligung, Talaga, Cikijing, Bantarujeg, Lemahsugih
6
Ubi jalar
Argapura, Maja, Cigasong, Majalengka, Sukahaji
7
Bawang Merah
Argapura, Banjaran, Maja, Majalengka, Ligung, Kertajati, Jatitujuh
8
Cabai
Kertajati, Ligung, Lemahsugih, Bantarujeg
9
Kentang
Argapura, Banjaran, Talaga, Lemahsugih, Cikijing
10
Kubis
Argapura, Banjaran, Talaga, Cikijing, Lemahsugih
11
Tomat
Lemahsugih, Talaga, Banjaran, Argapura
12
Mangga
Majalengka, Panyingkiran, Ligung, Kadipaten, Kertajati
13
Durian
Rajagaluh, Sindangwangi
14
Pisang
Majalengka, Bantarujeg, Argapuira, Talaga, Cikijing, Cigasong, Panyingkiran Kertajati

 


Sentra Produksi Komoditas Unggulan Peternakan

Sentra-sentra produksi komoditas unggulan tanaman pangan dan hortikultura di wilayah Kabupaten Majalengka tertera dalam tabel 2.9.

Tabel 2.9 Sentra Komoditas Unggulan Peternakan di Kab. Majalengka
No
Komoditas Unggulan
Daerah Sentra
1
Sapi potong
Lemahsugih, Majalengka, Panyingkiran, Kertajati, Palasah, Ligung
2
Sapi perah
Banjaran, Argapura
3
Kambing
Lemahsugih, Maja, Rajagaluh, Bantarujeg, Sindangwangi
4
Domba
Kertajati, Kadipaten, Majalengka, Banjaran, Talaga, Cikijing
5
Ayam Buras
Majalengka, Sukahaji, Dawuan, Ligung, Rajagaluh, Bantarujeg, Jatiwangi
6
Ayam Ras Petelur
Sukahaji, Talaga, Maja, Cikijing, Cingambul, Majalengka
7
Ayam Broiler  (Ayam Ras pedaging)
Cikijing, Talaga, Majalengka

  Sentra Produksi Komoditas Unggulan Perikanan

Sentra-sentra produksi komoditas unggulan perikanan di wilayah Kabupaten Majalengka tertera dalam tabel 2.10.

Tabel 2.10 Sentra Komoditas Unggulan Perikanan di Kab. Majalengka
No
Komoditas Unggulan
Daerah Sentra
1
Nila
Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kadipaten, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Maja, Sukahaji, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding, Cikijing, Lemahsugih, Talaga, Cingambul, Bantarujeg, Banjaran, Argapura
2
Mas
Kertajati, Jatitujuh, Palasah, Dawuan, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Maja, Sukahaji, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding, Cikijing, Lemahsugih, Talaga, Cingambul, Bantarujeg, Banjaran, Argapura
3
Gurame
Rajagaluh, Sindangwangi, Sukahaji, Leuwimunding, Palasah

 

1 komentar: